Sabtu, 27 September 2014

Manusia Dan Kebudayaan

Ilmu Budaya Dasar




Nama: Redo Parsaoran Siregar
NPM: 38414983
Jurusan: Teknik Industri

Universitas Gunadarma
Tahun Ajaran 2014/2015

Daftar Isi

A.    Manusia dan kebudayaan
1.      Manusia
2.      Hakekat manusia
3.      Kebudayaan
B.     Wujud kebudayaan dan unsur-unsurnya
1.      Wujud kebudayaan
2.      Unsur-unsur kebudayaan
C.    Hubungan antara manusia, masyarakat, dan kebudyaan
1.      Hubungan manusia dengan masyarakat
2.      Hubungan manusia dengan kebudayaan
3.      Hubungan manusia, masyarakat dan kebudayaan
D.    Prblema kebudayaan
1.      Pewarisan kebudayaan
2.      Perubahan kebudayaan
3.      Penyebaran kebudayaan
E.     Pengalaman Pribadi
F.     Daftar Pustaka






A.   Manusia Dan Kebudayaan

1.      Manusia

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki peran penting di dunia ini sebab dalam ilmu eksakta, manusia  merupakan kumpulan-kumpulan atom  yang membentuk jaringan yang utuh (ilmu kimia). Manusia merupakan system fisik yang saling terkait satu sma lain dan berpengaruh (ilmu fisika). Manusia tergolong dalam makhluk biologis  yang tergolong dalam mamalia (ilmu Biologi). Manusia adalah makhluk yang selalu memperhitungkan segala tindakan yang ingin memperoleh keuntungan, dan makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri serta makhluk yang ingin mempunyai kekuasaan yang berbudaya.
Manusia memiliki empat unsur yang saling terkait:
1.      Jasad   : yaitu badan kasar manusia yang tampak dan kasat mata
2.      Hayat  : merupakan unsur-unsur hidup
3.      Ruh     : bimbingan Tuhan  yang bekerja secara spiritual
4.      Nafs    : kesadaran tentang diri sendiri
Manusia memiliki satu kepribadianyang mengandung tiga unsur yaitu:
a.       Id, Id adalah struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak Nampak. Id merupakan energy psikis yang menujukan ciri alami yang emosional dan terkait dengan sex. Id tidak behubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur kain kepribadian yang menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar
b.      Ego merupakan bagian kepribadian yang dibedakan dari Id dan di sebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam masyarakat dan dapat dimengerti. Ego diatur oleh prinsip realitah. Ego sadar akan tuntutan akan tuntutan luar dan mengatur tingakah laku sehingga instingual Id dapat di puaskan dengan cara yang bias diterima
c.       Superego, merupan struktur kepribadian yang paling akhir serta muncul kira-kira usia lima tahun. Superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Baik aspek psitif maupun negative dari standar moral tingkah laku ini diwujudkan oleh superego
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan manusia dengan analisisa hubungan antara tindakan dan unsur-unsur manusia yang senang terhadap penyimpangan dapat didefenisikan bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh Id dibandingkan superego-nya atau seringkali ada kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang yang berparas buruk dan bertubuh gendut berani tampil ke muka umum. Kesemua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisis bagi prilaku manusia.
2.      Hakekat manusia
a.       Makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan

Tubuh adalah bentuk real yang bias di lihat, di raba, di rasa dan bersifat tidak abadi. Jiwa tedapat di dalam tubuh yang bersifat abstrak tetapi kekal, jika manusia meninggal tubuhnya akan hancur terurai tetapi jiwanya tidak akan mengalami kerusakan.






b.      Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

Kesempurnaan manusia itu sendiri terletak pada adab dan budayanya karena manusia di karunia dari Tuhan yaitu akal, perasaan, dan kehendak. Dengan adanya akal manusia bisa menciptakan hal-hal baru yang di ikuti kehendak untuk berusaha memperbaiki taraf hidupnya serta di beri persaan yang menimbulkan daya rasa dalam diri manusia seperti perasaan indrawi dan rohani. Indrawi mencakup rangsangan panca indra sedangakan persaan rohani  adalah perasaan yang ada pada manusia.

3.      Kebudayaan
1.      Pengertian kebudayaan
Budaya berkenan dengan cara hidup. Manusia belaja berfikir, mempercayai, merasa, serta mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercyaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu atau kelompok. Ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan, budaya adalah suatu perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti budi dan daya. Oleh karena itu para ahli membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Menurut Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu  yang terdapat di dalam masyarakat di tentukan adanya oleh  kebudayaan yang di miliki masyarakat itu.
Defenisi lain dikemukakan oleh R. Linton dalam buku “the cultural background of personality”, kebudayaan ialah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
Seorang antropologi C. Kluckhon dan W.H. Kelly medafenisikan kebuyaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah, yang explisit, implisit, rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
Dari semua defenisi tersebut kita dapat simpulkan bahwa kebudayaan mencakup segala aspek  kehidupan manusia baik yang bersifat material dan non-material seperti seni-seni tertentu dan meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapat dengan belajar serta tersusun dalam kehidupan masyarakat.

B.   Wujud kebudayaan dan unsur-unsurnya
1.      Wujud kebudayaan
Prof. Dr. Koentjoriningratmmenguraikan wujud kebudayaan menjadi tiga yaitu:
a.       Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya
b.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c.       Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan di foto. Letaknya di alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat berkaitan menjadi suatu system yang disebut adat istiadat.
Wujud kedua ialah yang disebut system social atau social system, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. System social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu serta sifatnya kongkrit sehingga bias di observasi, di foto dan dikomentir.
Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil karya manusia di dalam masyarakat. Sifatnya kongkrit yang bisa di raba, di foto dan dilihat.
2.      Unsur-unsur kebudayaan
                                    Adapun unsur-unsur kebudayaan yaitu sebagai berikut:
1.      Peralatan dan perlengkapan manusia sehari-hari seperti pakaian, rumah, alat rumah tangga, dan sebagainya
2.      Sistem mata pencaharian dan system ekonomi. Misalnya pertanian, perternakan, sistem produksi
3.       Sistem kemasyarakatan, misalanya sistem warisan, system perkawinan
4.      Bahasa sebagai media komunikasi
5.      Ilmu pengetahuan
6.      Kesenian seperti seni rupa, seni music, seni tari
7.      System religi.





C.   Hubungan antra manusia, masyarakat, dan kebudayaan
1.      Hubungan manusia dengan masyarakat
 Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Manusia didalam masyarakat mempunyai arti yang lebih dalam, yaitu bahwa hidup bermasyarakat itu adalah rukun bagi manusia agara benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya. Tanpa masyarakat hidup manusia tidak dapat menunjukan sifat-sifat kemanusiaan.

2.      Hubungan manusia dengan kebudayaan
Antropologi budaya meyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaiman manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan bedasarkan pengalamnya. Akhirnya dapat suatu konsepsi tentang kebudayaan bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan sedangkan pada hewan tidak. Ini dikarenkan manusia dapat belajar dan memahami bahsa yan semuanya bersumber pada akal, jadi hanya manusia yan dapat menghasilakan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia.

3.      Hubungan manusia, masyarakat dan kebudayaan
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena manusia sajalah yang hidup bermasyrakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak. Dengan adanya kebudayaan di dalam masyrakat itu merupakan bantuan kepada individu-individu sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berfikir, serta pengalaman-pengalaman yang fundamental, dan itulah mengapa manusia, masyarakat, dan kebudayaan tidak dapat di pisahkan.
D.   Problema kebudayaan
1.      Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dalam sosialisasi. Enkulturasi adalah proses mempelajari dan menyasuaikan pikiran hidup dalam kebudayaan. Dalam hal pewarisan budaya bias muncul masalah antara lain: sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat sekarang, penolakan genrasi penerima terhadap warisan tersebut dan unculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
Dalam suatu kasus, ditemukan genrasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh pendahulunya bahkan di anggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya baru yang di temukan sekarang ini.

2.      Perubahan kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubuhan kebudayaan  di dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan, pembangunan, dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan. Perubahan bias berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi yang berlangsung cepat, dan di luar kendali manusia.





3.      Penyebaran kebudayaan

Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang serahwan Arnold J. Tonybee merumuskan beberapa dalil radiasi budaya sebagai berikut.
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima.
Ketiga, jika suatu unsur budaya masuk maka akan menarik unsur buadaya lain.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bias menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Penyebaran kebudayaan bisa menimbulkan masalah bagi masyarkat penerima yang akan kehilangan nilai-nilai budaya local akibat kuatnya budaya asing yang masuk seperti di era globalisasi saat ini.














E.   Pengalaman Pribadi
Aku Redo Parsaoran  Siregar yang berasal dari Sumatra utara yang besar di jambi. Di dalam suku batak terbagi lagi lima suku yaitu batak Dairi, batak karo, batak toba, batak Simalungun, batak Tapsel. Saat abang ku melakukan pernikahan dengan adat batak, banyak sekali langkah-langkah yang harus di jalani oleh kedua mempelai, dari datangnya si pria ke rumah calon istri sampai respsi pernikahannya. Itu di mulai dari  Mangarisika, mangarisika Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas, dan lain-lain. Setelah mangarisika akan diadakan pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
Setelah sepakat dengan musyawarah atau marhusip tersebut kemudian di lanjutkan Marhata Sinamot. Marhata sinamot biasanya diadakan selesai membagikan jambar. Marhata sinamot yaitu membicarakan berapa jumlah sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang di semblih, berapa banyak ulos, berapa banyak undangan dan dimana dilakukan upacara perkawinan tersebut. Acara marhata sinamot dapat juga dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan orang tua perempuan. Mas kawin yang diberikan pihak laki-laki biasanya berupa uang yang jumlah mas kawin tersebut di tentukan lewat terjadinya tawar-menawar. Disinilah yang di istilahkan pria membeli wanita. Bila wanita yang dilamar mempunyai jabatan atau pangkat yang lebih tinggi maka hata sinamotnya akan tinggi pula.
Kemudian abang ku melanjutkan dengan Martumpol. Martumpol bagi orang Batak Toba dapat disebut juga sebagai acara pertunangan namun secara harafiah martupol adalah acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsunkan perkawinan. Martupol ini dihadiri oleh orang tua kedua calon pengantin dan kaum kerabat mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja, karena yang mengadakan acara martumpol ini kebanyakan adalah masyarakat Batak Toba yang Beragama Kristen.
Mula-mula pernikahan di adakan di gereja untuk mempersatukan kedua mempelai yang di lakukan oleh  pendeta atas firman Tuhan serta dihadiri oleh kerabat marga ibu (hula-hula), kerabat marga ayah (dongan tubu), anggota marga menantu (boru), pengetuai (orang-orang tua)/pariban dan dongan sahuta (teman sekampung). Pendeta akan membacakan Firman Tuhan dan janji pengikat antara mereka hingga maut memisahkan kedua suami istri. 
Setelah resepsi pernikahan di gereja di lanjutkan dengan abang ku akan melaksanakan Martonggo Raja yaitu, Perkawinan pada masyarakat Batak Toba bukan hanya urusan ayah dan ibu kedua calon pengantin, tetapi merupakan urusan semua keluarga, karena itu orang tua calon pengantin akan mengumpulkan semua anggota keluarga di rumah mereka masing-masing dan yang hadir dalam upacara ini terutama menyangkut dalihan na tolu yaitu kerabat marga ibu (hula-hula), kerabat marga ayah (dongan tubu), anggota marga menantu (boru), pengetuai (orang-orang tua)/pariban dan dongan sahuta (teman sekampung). Disinilah kami menortor sambil di iringi music, music yang di dendangkan adalah  musik-musik daerah batak dan memakai alat-alat khas batak yaitu gondang,doli-doli ( seruling), panggora,hapetan, serta membawa ulos dari pihak keluarga yang akan di ulosi di punggung mempelai. 
Setelah pemberian ulos pihak keluarga perempuan akan memutari kedua mempelai yang di samping mereka ada pihak keluarga laki-laki serta pihak keluarga perempuan menortor memutari pihak laki-laki sambil membawa uang di atas tangannya yang akan di serahkan ke kedua mempelai pengantin dan pihak keluarga laki-laki. Inilah yang sering di sebut-sebut sebagai saweran bagi banyak orang. Uang yang di serahkan itu berasal dari hata sinamot.
Pernikahan abang ku di lakukan dari pagi hingga malam, makanya pernikahan orang batak sangat melelahkan dan abang ku serta ito ku atau kakak perempuan sangat lelah makanya setelah pernikahan abang ku istirahat total di rumah mereka.
F.    Daftar Pustaka

Prastya Tri Joko, dkk . 2013. Ilmu Budaya dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Herimanto, Winarno. 2011. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara