Minggu, 04 Januari 2015

Cerpen ku sewaktu kecil


Sewaktu Kecil

Sewaktu kecil kita belum mengenal namanya cinta, kekerasan, rasa sakit, rasa perih di tagih hutang, sedih karena listrik belum bayar, atau uang kost yang nunggak tiga bulan. Dulu hanya tau main kelereng, ya kelereng batu dari kaca yang berbentuk bulat serta berisi warna indah seperti tirai yang di tarik membuat semua beralur, warna kelereng tersebut pun beragam dari warna hitam pekat, putih, bening, hijau, dan lain lain. Aku dulu memainkannya dengan penuh kegembiraan, saling tertawa walau kadang sering kalah. Dulu game ini banyak sekali macamnya dari memasukkan kelereng ke dalam lubang, ada juga main boom namanya. Yaitu seperti segi empat yang di garis di tanah dan di dalamnya ada kelereng mu serta lawan-lawan mu, kau harus mengeluarkan kelereng tersebut dengan kuju (kelereng andalan) yang di tembakkan dari garis sepanjang 10 kaki dari kotak /segi empat tadi. Pertama kau harus menmbak dengan jari mu dari garis start hingga ke ujung garis yang melewati kota tersebut, yang paling jauh dialah yang memlakukan tembakkan pertama ke kotak yang berisi kelereng itu. Bila kelereng mu berada dalam kotak tersebut berarti kau game over. Permainan simple ini telah banyak dimainkan oleh Negara kita dan itu salah satu game tentang kelereng di tempatku, di desa sirih sekapur, kecamatan jujuhan, kelurahan tukum.
Nama ku Redo Parsaoran siregar, batak tulent, sering di panggil gendut karena ukuran ku yang gak normal dari kawan sesusia ku, saat kelas enam sekolah dasar saja berat ku 80kg dengan tinggi kira-kira 140cm. kelas satu SD adalah taman belajar yang asik dan kita saling mengejek nama orang tua kita saat pembagian rapor di kelas. Itu hal aneh yang ku dengar setalah umur ku 18 tahun. Mungkin akan terlihat aneh bila umur 19 tahun mengejek teman sekampusnya dengan nama orang tua mereka. Tapi semua punya kenang yang berbeda saat SD. Siapa yang tahu dulunya kau pernah kencing di celana gara-gara gak bisa ngerjain soal di papan tulis dan buang air besar di celana saat WC sekolah yang sangat bau, kotor, dekil, airnya abis, belum di perbaiki. Dan itu semua pernah ku alami. Hal-hal konyol yang tak terlupakan
Oh iya, wanita yang pertama kali ku sukai adalah saat duduk di bangku SD kelas lima kalau nggak salah. Dia selalu memakai rok selutut dengan rambut diikat kebelakang serta poni rata di mukanya, putih, langsing dan hingga sekarang wanita yang bernama Irma itu, wajahnya sangat sedikit berubah, padahal umur 19 tahun muka dewasa atau masa pubertas akan muncul, mungkin dahi kita membesar? Atau bibir kita melebar? Serta mungkin juga pipi yang penuh kerikil besar yang biasa di sebut jerawat. Iya hingga saat ini Irma masih sama seperti dulu.
Saat SMP kita mulai berani dan menunjukkan diri siapa kita sebenrnya, di hadapan gadis, teman, bahkan orang tua. Kita menunjukkan sisi mandiri serta rasa suka yang bergejolak saat menatap seekor… maksudnya seroang wanita. Di SMP adalah awal pacaran ku yang pertama bersama gadis yang berbeda tempat tinggal dengan ku bahkan lumayan jauh jaraknya. Aku sekolah di SMP negeri 1 sungai rumbai, yah walaupun di kecamatan tapi tempat ini lumayan berkembang. Sedangkan si febri pacarku yang pertama tinggal di kabupaten Muara Bungo. Awalnya karena aku sering main ke SKB, nama salah satu daerah disana. Orang tua ku punya tanah disana yang akan di bangun rumah dan saat SMA aku akan pindah kesana. Rumahku yang pertama ada di Jujuhan, di sebuah pabrik karet yaitu PT Djambi Waras Jujuhan, bapak ku bekerja disana sebagai kepala teknik dan kami di beri rumah tepatnya di komplek pabrik itu. Ehh balik lagi ke febri tadi, sebenarnya aku sudah lama ketemu dia. Saat mau ke gereja dari Jujuhan ke Muara Bungo kami mampir dulu ke rumah saudara yang sesame marga siregar disana dan kadang hari sabtunya kami ke Bungo dan aku menginap di rumah saudara ku yang di depannya rumah si febri itu.
Aku juga sering main kerumahnya setelah pulang gereja, bermain dengan adiknya, kadang aku juga membawa sepeda kesana agar bisa main bersama adikku yang tinggal di SKB itu. Sebenarnya aku dikompor-kompori oleh kedua kakaknya si agus kalau si febri itu suka sama ku dan sejak saat itu aku mulai mencoba dekat. Akhirnya kami pacaran saat kelas dua SMP, entah bagaimana, saat itu adalah persaan gembira mempunyai seroang pacar walaupun jarak kita lumayan jauh. Kami bertahan cukup lama hingga aku ketahuan ada bokep di hp kukemudian hpku di tahan oleh orang tua  dan aku tidak pernah menghubunginya lagi, kurasa itu namanya putus.
Lulus dari SMP aku pindah ke Muara Bungo, sekolah disana, makan, minum, dan sebagainya. Aku mendaftar ke SMA negeri 2 Muara Bungo yang menurutku itu sekolah yang best disni. Dengan NEM ku yang tak seberapa. Akhirnya aku masuk dari belakang, iy seperti beli bangku gitu. Yang lain sudah masuk saat bulan juni sedangkan aku harus menunggu sebulan lagi agar bisa sekolah.
Pertama kali masuk ke SMA itu aku tidak kenal siapa pun. Hanya sendiri, mulai pelajaran dan di situ pun di mulai perkenalan antar murid, aku mulai mempunyai teman, hingga kelas kami yang dulunya di labor biologi pindah ke kelas atas yang benar benar kelas. Semenjak saat itu  barulah kami bersosialisasi dengan kelas lain, tidak seperti kelas dulu, kami seperti di isolasi, di asingkan, sepertinya kami akan menjadi kelinci percobaan. Hahah... Tidak seperti itu pula. Hanya jarang keluar kelas karena baju SMA belum di berikan jadi kami masih memakai seragam SMP masing-masing.
Dari semester pertama belajarku mulai meningkat, dari peringkat lima hingga peringkat satu di semester kedua. Tiap malam hanya belajar yang ku lakukan. sehabis mandi ke kamar belajar walau kadang tidak belajar sepenuhnya. Aku sangat suka belajar dengan mendengarkan music, membantu membuatku betah berjam-jam di kursi.
Saat semester dua di kelas satu, aku mulai pacaran dengan wanita bernama Lara. Dia tidak begitu cantik, kulitnya pun sedikit kecokltan dan kadang menghilang saat jam 6 sore, nggak nggak, jam 21:00 menghilang. Hahah… nggak secoklat itu sebenarnya. Tapi bersama dialah yang paling lama pacaran. Sekitar setahun lebih.
Mamak ku selalu datang ke kamar ku saat sedang mengerjakan PR atau telfonan dan mamak ini suka kali nanya-nanya gimana sekolah ku hari ini?, sedang ngerjai apa?, dan kadang dia cerita tentang pesta tadi siang, orang batak begitu, seringkali pesta nikah saat hari sabtu, dan kadnag-kadang bicara soal berita tadi pagi. Walaupun terkadang merasa terganggung, kadang pula aku mengunci pintu kamar ku agar aku bisa tenang belajar dan telfonan dengan pacar, terkadang mamaku dengar percakapanku di telfon, “ngomong sama siapa kau?!!” sambil membuka pintu kamar ku. “nggak ada kok mak, main hp aja ini”. Dengan logat tegas. “awas kalo kau pacaran ya!!!”. Dan aku menjawab “iya ya mak” denga nada terbatah-batah. Sambil ke dapur pun dia bilang “sekolah dulu yang penting”, “iya mamak ku sayang”, dengan teriak ku menjawab.
Seiring waktu berjalan dan banyak hal-hal aneh yang aku alami, seperti galau, sedih, senang, sakit hati, semangat. Sewaktu berpacaran dengan dia.
Kelas tiga SMA adalah masa yang paling tak terlupakan dimana kita menjadi lebih dekat dengan semua teman kita, tidak memilih siapa dia, bagaimana pun dia, kenapa dia, dia adalah teman kita.
Disana berteman dengan siapa pun menjadi lebih dekat dengan kelas, apalagi aku adalah ketuanya. Terkadang ada yang membenci satu sama lain, tapi yang namanya teman itu hanya berlaku satu hari, dan besoknya bertengkar lagi, ehh baikan maksudnya.
Masuk semester dua kelas tiga hubungan ini makin erat, makin sering menanyankan pr, buat pr sama-sama, semua dilakukan bersama-sama, kerja kelompok dilakukan sama kelompok yang lain, saling bantu
Semester dua ini jarang serius, banyak canda tawa ketimbang sedih-sedih sendiri. karena teralu sering bercanda tugas pun kadang-kadang nggak jelas. Anggota kelompok kadang gak datang saat di suruh kerja kelompok dengan banyak alasan mereka mengundurnya.
Karena aku di IA dua dan aku di tunjuk menjadi ketua kelas, maka pemimpin upacara pun aku. Setelah IA satu tampil, minggu berikutnya kelas kami yang tampil, walaupun aku tidak jadi tampil menjadi pemimpin karena belum pernah sama sekali aku menjadi pemimpin upacara, temanku lah yang menggantikannya. Aku tampil sebagai regu nyanyi di samping teman-teman ku yang lain. Di situ aku sedang menjomblo. Aku memilih untuk pergi dari dia dan saat baris pun sedikit curi pandang ke lara.
Makin dekat dengan UAN yang 20 paket itu, jadwal belajar pun makin padat. Pagi sekolah, siangnya les di sekolah, malamnya les lagi, membuat otak ini menjadi malas tidak seprti kelas satu dulu, semua di kerjakan dengan rela hati, tapi sekarang mesti di paksa.
Les di sekolah pun kebanyakan main karena ngantuk yang tak tertahankan, dan rasa malas yang begitu hebatnya sampai-sampai mengerjakan soal pun gak niat. Sering juga aku tertidur di kelas dengan durasi lima detik, seperti orang yang ngantuk mengendarai mobil sambil ngangguk-ngangguk. Tapi karena ribunya kelas ini semua menjadi fresh kembali walau hanya sesaat kemdian ngantuk kembali setelah melihat rumus-rumus di papan tulis.
Di sekolah sekitar tiga pelajaran, saat les tambahan ada dua, dan di malamnya di tambah satu mata pelajaran lagi yang mesti dipelajari, membuat konsetrasi menurun karena banyak sekali yang mesti di pusatkan.
UAN pun telah di depan mata dan pencarian kunci jawaban pun sedang giat-giatnya dilakukan, walaupun dapat mesti di bayar dengan harga lumyan untuk seorang siswa. Tapi kami melakukannya.
Dapat kunci, ujian pun sedikit tenang, padahal soalnya benar susah waktu itu, susahnya karena 20 paket, coba seperti dulu a, b, a, b jadi terbantu kelulusan.
Semua itu sudah di lewati secara bersama, dan akhirnya kita semua lulus walau beberpaorang ada yang malang nasibnya,
Waktu itu aku di Jakarta bimbel saat pengumuman kelulusan keluar. Orang tuaku lah yang melihat surat kelulusan itu. Dengan gembira aku lulus tapi apakah aku lulus di SBMPTN?. Aku ingin masuk PTN di UNPAD, atau UNDIP, atau IPB. Tapi semuanya gak ada yang lulus. Rasa sakit ini sangat perih, tapi kusadari kemampuan ku yang di bawah rata-rata.
Setalah ujian SBMPTN berakhir aku kembali ke Muara Bungo. Sekitar awal juni aku kembali ke Jakarta untuk ujian di universitas swasta
Bapakku setuju aku kuliah dimana, tapi lebih baik disini, di Muara Bungo, “ahh yang benar aja lah pak? Gak mau aku ah, masa di tempat ini lagi”, kemudian bapakku bilang  “yah terserahlah, tapi kau kuliah sama abang aja, biar bisa di awasi” dengang muka ku yang agak cemberut, “iya pak”.
Karena tidak lulus SBMPTN aku merasa kadang hidup ini tak adil. Walupun Ketika kita kecil bahkan sejak di dalam kandungan kita telah mendapt perhatian lebih, karena kita masih rentan akan dunia luar makanya kita di jaga dan itu adil. Adil sendiri bagi aku adalah sebuah pemerataan, keselarasan, dan lain-lain.
Dalam kasih sayang kita pun di beri pengertian untuk saling adil dalam memberi, menerima, serta mengasihi. Dan itu semua sudah di ajari sejak kecil. Dalam hal memberi kepada adik pun kita adil agar si kakak tidak merasa cemburu. Tapi yang namanya mengasihi jelas lebih banyak kepada yang lebih kecil. Karena dia juga butuh kasih sayang yang lebih
Dengan sikap adil kita pun berlaku jujur. Karena keadilan menjunjung tinggi kejujuran, bila kita jujur dengan diri kita maka keadilan pun ikut serta dalam hal itu. Seperti saat aku di suruh membeli barang ke pasar dengan macam-macam harga. Aku harus jujur berapa barang yang ku beli, berapa harganya serta totalnya berapa, dan sisa uangnya ku kembalikan ke bapakku. Dengan itu kita sudah berlaku adil dan itu yang dia ajarkan orang tua kepada kita, bahwa hidup itu harus jujur
Saat aku mulai beranjak dewasa kini kejujuran mulai susuah ditemui terkadang aku sendiri pun tak jujur. Jujur kepada diri sendiri merupakan keadilan dasar yang harus di miliki.
Kita pernah merasa tak ada keadilan di hidup ini, saat kita jatuh terkadang kita mengatakan hidup ini kenapa tak adil, apalagi waktu aku tak dapat lulus di perguruan tinggi negeri, rasanya tak adil melihat teman-temanku yang lulus disana sedangkan aku tidak. Tapi lambat laun kita mengerti rencana Tuhan yang baik itu seperti apa, Karena Tuhan tidak akan menyianyiakan hambanya saat dia butuh pertolongan.
Dan aku pun bersyukur masih di beri Tuhan jalan yang baik, hidup yang sehat, dan hati yang senang. Aku rasa Tuhan telah berlaku adil kepadaku dengan apa yang kudapat serta ku beri semua itu hanya dari padaNya.
Sama halnya seperti tidak lulus SBMPTN ini, walau gak lulus aku pun merasa ini mngkin rencanaNya. Aku pun masuk ke Universitas Gunadarma betempat di Depok.
Merantau inilah yang membuat rindu kepada keluarga semakin besar, kepada mama, bapak, kakak, tante dan adik sepupuku. Aku jarang menelfon orang tua ku tapi di dalam kamar sering kali memikirkan mereka.saat senang kadang ingin berbagi dengan yang dirumah sana, jalan-jalan bersama, liburan bersama. Banyak hal yang ingin kulakukan bersama mereka.
Cinta kasih ku dengan keluargalah yang paling utama, karena dengan saling mencintai dan mengasihi segala persoalan di dalam keluarga ku bisa di perkuatkan untuk melewatinya. Aku sangat mencintai keluarga ku terutama mama ku, aku sangat mencintainya karena dia telah mengasihi ku dari bayi yang masih merah hingga aku kuliah dan merantau. Cinta terhadap keluarga pasti cinta akan Tuhannya, mulai dari ibadah, berdoa pun selalu aku lakukan untuk menjaga komunikasi ku dengan-Nya.
Kepada Tuhan pun aku diberi kasih sayang  karna sampai sekarang aku masih bisa bertemu keluarga, sudara, dan teman-teman ku. Tuhan tahu bila kasih dan sayang yang tulus dari hati akan merealisasikan tindakan-tindakan yang sulit terjadi. Seperti seorang yang tulus mencintai anaknya pasti suatu saat nanti ia akan membalas cinta bapaknya dengan cita-cita yang telah diraihnya.
Walau pun aku mahasiswa tingkat pertama di Gunadarma tapi aku sangat menyukai menuntut ilmu disini. Universitas Gunadarma ini merupakan batu loncatan buat ku untuk menggapai masa depan ku yang cerah menjadi seorang wirausaha di bidang industri pabrik.
Terhadap saudara-saudara kupun saling memberi perhatian serta kasih sayang yangembuat keakrapan terjadi dan rasa saling menjaga tanpa adanya mengasingkan saudara-saudara kita yang berbeda dari bentuk, akhlak, maupun agama. Karana Tuhan pun tidak membeda-bedakan kasihnya kepada Umat setia pengikut di jalan yang benar.
Dalam hal apapun kita harus kita harus kasih serta sayang, dalam bekerja, belajar, kuliah, karena dengan begitu kita akan lebih mudah menjalankannya ketika kita menyukai itu, mulai dari menyukai kita akan memberikan kasih dalam kegiatan kita yang membuat pekerjaan itu semakin produktif dan efisien.
Perkuliahan pun begitu, walaupun banyak tugas serta tambah-tamabahn lainnya kita harus mensyukuri karena dengan begitu kita bisa menjadi pribadi yang lebih mampan dan baik kedepannya. Aku sangat menyukai perkuliahan ku, bila aku tidak menyukainya pasti aku tidak akan menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar.
Keluarga ku sangat mendukung dan memberi perhatian kepadaku untuk mensukseskan perkuliahan ku, aku sangat perlu support-suport terutama dari keluarga ku yang membesarkan ku hingga saat ini.
Kepada Tuhan pun aku tak luput untuk memanjatkan doa dan puji-pujian kepda-Nya karna hal ini lah yang membuat kasih sayang yang kekal kepada sang pencipta agar kita di bantu dalam persoalan apapun yang akan kita hadapi.
Di depok ini aku tinggal bersama abang ku dan istrinya. Abang ku baru saja menikah di awal desember lalu. ini pesta yang seru, bisa kembali kumpul dengan keluarga ku, mamaku, bapakku, kakak, dan saudara-saudaraku dari kampung datang untuk acara pernikahan abangku.
Tiga hari empat malam, mulai dari kamis sore berangkat dari Jakarta ke Muara Bungo sampai malam sabtu, dan besoknya langsung acara pernikahan.
Saat abang ku melakukan pernikahan dengan adat batak, banyak sekali langkah-langkah yang harus di jalani oleh kedua mempelai, dari datangnya si pria ke rumah calon istri sampai respsi pernikahannya. Itu di mulai dari  Mangarisika, mangarisika Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas, dan lain-lain. Setelah mangarisika akan diadakan pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
Setelah sepakat dengan musyawarah atau marhusip tersebut kemudian di lanjutkan Marhata Sinamot. Marhata sinamot biasanya diadakan selesai membagikan jambar. Marhata sinamot yaitu membicarakan berapa jumlah sinamot dari pihak laki-laki, hewan apa yang di semblih, berapa banyak ulos, berapa banyak undangan dan dimana dilakukan upacara perkawinan tersebut. Acara marhata sinamot dapat juga dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan orang tua perempuan. Mas kawin yang diberikan pihak laki-laki biasanya berupa uang yang jumlah mas kawin tersebut di tentukan lewat terjadinya tawar-menawar. Disinilah yang di istilahkan pria membeli wanita. Bila wanita yang dilamar mempunyai jabatan atau pangkat yang lebih tinggi maka hata sinamotnya akan tinggi pula.
Kemudian abang ku melanjutkan dengan Martumpol. Martumpol bagi orang Batak Toba dapat disebut juga sebagai acara pertunangan namun secara harafiah martupol adalah acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsunkan perkawinan. Martupol ini dihadiri oleh orang tua kedua calon pengantin dan kaum kerabat mereka beserta para undangan yang biasanya diadakan di dalam gereja, karena yang mengadakan acara martumpol ini kebanyakan adalah masyarakat Batak Toba yang Beragama Kristen.
Mula-mula pernikahan di adakan di gereja untuk mempersatukan kedua mempelai yang di lakukan oleh  pendeta atas firman Tuhan serta dihadiri oleh kerabat marga ibu (hula-hula), kerabat marga ayah (dongan tubu), anggota marga menantu (boru), pengetuai (orang-orang tua)/pariban dan dongan sahuta (teman sekampung). Pendeta akan membacakan Firman Tuhan dan janji pengikat antara mereka hingga maut memisahkan kedua suami istri. 
Setelah resepsi pernikahan di gereja di lanjutkan dengan abang ku akan melaksanakan Martonggo Raja yaitu, Perkawinan pada masyarakat Batak Toba bukan hanya urusan ayah dan ibu kedua calon pengantin, tetapi merupakan urusan semua keluarga, karena itu orang tua calon pengantin akan mengumpulkan semua anggota keluarga di rumah mereka masing-masing dan yang hadir dalam upacara ini terutama menyangkut dalihan na tolu yaitu kerabat marga ibu (hula-hula), kerabat marga ayah (dongan tubu), anggota marga menantu (boru), pengetuai (orang-orang tua)/pariban dan dongan sahuta (teman sekampung). Disinilah kami menortor sambil di iringi music, music yang di dendangkan adalah  musik-musik daerah batak dan memakai alat-alat khas batak yaitu gondang,doli-doli ( seruling), panggora,hapetan, serta membawa ulos dari pihak keluarga yang akan di ulosi di punggung mempelai. 
Setelah pemberian ulos pihak keluarga perempuan akan memutari kedua mempelai yang di samping mereka ada pihak keluarga laki-laki serta pihak keluarga perempuan menortor memutari pihak laki-laki sambil membawa uang di atas tangannya yang akan di serahkan ke kedua mempelai pengantin dan pihak keluarga laki-laki. Inilah yang sering di sebut-sebut sebagai saweran bagi banyak orang. Uang yang di serahkan itu berasal dari hata sinamot.
Pernikahan abang ku di lakukan dari pagi hingga malam, makanya pernikahan orang batak sangat melelahkan dan abang ku serta ito ku atau kakak perempuan sangat lelah makanya setelah pernikahan abang ku istirahat total di rumah ku.
Hari minggunya aku langsung ke jambi, berangkat dari bandara Sultan Thaha menuju bandara Soekarno-Hatta. Yang sampai di depok sekitar jam sebelas malam.
2014 telah dilalui dan kini 2015 telah dalam proses menjalani, banyak harapan serta tujuan yang ingin ku capai disini.
Pertama aku ingin punya pacar lagi setelah lama menjomblo, aku ingin berbagi kesenangan, dan susahnya membuat tugas-tugas kuliah kepada seorang gadis, siapapun dia, tunjukkanlah wujudnya di 2015 ini biar aku tahu dan mengejarnya. Karena sendiri di kota rantau sangat tidak enak.
Kedua aku ingin punya hp baru, yang lama telah rusak, rusaknya pas setahun kupakai, mungkin ini takdir dari yang Kuasa agar aku menggantinya dengan iphone atau galaxy five, mungkin juga hawuei. Semoga saja ini terjadi
Ketiga adalah membawa keluarga ku liburan ke Bali, atau Singapure. Impian menjadi traveler mungkin susah, tapi membawa keluarga liburan adalah tantangan yang harus ku capai.
“Ingin punya pacar sudah, hp baru sudah, holiday juga” kataku dalam hati saat malam 2014 berlalu. Aku berharap yang terbaik di setiap langkah yang ku ambil ini. Karena aku mulainya dengan Doa.




Tuhan, Bantu Kami
Karya: Redo Parsaoran Siregar

Tuhan ini tahun yang baru
Kau beri kami kesempatan untuk hidup lebih lama
Kepada ku
Kepada mama
Bapak dan saudaraku
Terimakasih tuhan, akhirnya ku melwati malam 2014 ini
Mamaku disana, jaga baik-baik kehsehatan mu
Bapak, jadilah kuat seperti baja, yang bisa membawa terus keluarga ini
Tuhanku, Rajaku, Bapa ku,
Sertai mereka
Untuk abangku dan kakaku, jadilah teman baikku
Tuhan, bantu aku melewati tahun ini
Bantu keluraga ku malewatinya
Kuatkan kami Tuhan, kuatakan kami seperti ombak yang menghantam karang
Karang masalah hidup ini
Bantu kami menggapai tujuan kami tuhan.
Bantu kami.

Fajar Akan Tiba
Karya: Redo Parsaoran siregar

Sinar pagi di tahun baru sudah tersambar di rerumputan
Ampas kembang api semalam pun masih disana
Doa-doa penuh harapan telah dipanjatakan malam itu
Saling tertwa malam itu

                        Lari pagi di tahun baru sangat semangat
                        Kuatnya sinar pagi menambah hebatnya rencana ini
                        Tampilan baru dari wajah yang sama mulai terlihat
                        Konstruksi baru sedang dikembangkan
Transaksi doa mulai di kuatkan
Untuk ibuku
Aku sangat senang mendengar kata-kata mu
Aku mendengar setiap kata dari mulutmu
Membuat rintihan air ini mengalir
                        Ibu, aku disini
                        Aku masih disin ibu
                        Tenanglah, sebentar lagi fajar akan tiba

                        Dan kita bertemu di pagar itu lagi