Sabtu, 11 Oktober 2014

Manusia dan Penderitaan

MANUSIA DAN PENDERITAAN




Nama               :           Redo Parsaoran Siregar

NPM               :           38414983

Kelas               :           1ID06

Jurusan            :           Teknik Industri




UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
2014/2015




Daftar Isi

A.    Makna Penderitaan……………………………………………………         3
B.     Makna Siksaan………………………………………………………...         4
C.     Makna Rasa Sakit……………………………………………………..         5
D.    Kekalutan Mental……………………………………………………..         5
E.     Sumber Penderitaan…………………………………………………..          7
1.      Hakikat Manusia
2.      Sebab-sebab penderitaan
F.      Pengaruh Penderitaan……………………………...………………...           9
G.    Pengalaman Pribadi…………………………………………..….......           10
H.    Daftar Pustaka………………………………………………………..          12













Manusia Dan Penderitaan
A.    Makna Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Derita berasal dari kata sansekerta “dhra” artinya menahan atau menanggung. Derita artinya merasakan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan. Yang termasuk penderitaan yaitu kelu kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepansan, dan lain-lain
            Misalnya dalam surat Al-balad ayat 4 dinyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan” ayat tersebut diartikan, bahwa manusia bekerja keras untuk melangsungkan hidupnya. Untuk itu manusia akan menghapi alam ( menaklukan alam, menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa taqwa kepada-Nya). Bila melalaikan salah satu dari pada-Nya maka akibatnya manusia akan menderita. Bila sudah berkeluarga, penderitaan tetap ada dalam kehidupan sehari hari dan orang yang malas bekerja maka hidupnya akan menderita.
            Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Dalam kehidupan, penderitaan manusia telah menjadi salah satu gagasan atau tema karya filsafat atau karya seni sepanjang jaman
            Kebanyakan semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan seperti Epos Ramayana dan Mahaberata yang merupakan cerita penuh penderitaan.
            Karya Shakespeare pun banyak mengungkapkan penderitaan batin yang dialami para pelakunya. Dalam drama “Romeo dan Juliet”. Pada dasarnya shakspeare ingin mengkomukasikan penderitaan batin dua remaja yang saling di mabuk asmara. Cinta yang sudah sampai di jenjang pernikahan tetapi betapa terharunya pembaca atau penonton yang menyaksikan ketragisan kedua remaja itu berkhir dengan kematian.
            Dalam riwayat Nabi Muhammad, di ceritakan sebagai anak yatim piatu, di besarkan kakeknya kemudian pamanya serta menggembala kambing, bekerja pada oran (buruh), dan sebagainya. Bahkan 75% hidupnya mengalami penderitaan yang dalam. Nabi Isa pun hidupnya penuh penderitaan. Bahkan lahirnya pun di palungan.
Kalau kita baca buku riwayat hidup dan riwayat hidop sendiri orang-oraang besar, semua dialami dengan penderitaan, jarang ada orang besar langsung menjadi besar.
Di dunia modern kini, hasil teknologi modern merata di segala penjuru, tetapi penderitaan yang dialami manusia sekarang tidak kalah hebat dibandingkan pederitaan yang dialami nenek moyang kita atau sebelum merdeka.
Sejak jaman dulu kasus penderitaan dituangkan dalam bentuk seni, misalnya seni sastra, seni wayang, seni drama, seni music, dan sebagainya. Dengan perkembangan teknologi masa kini kasus penderitaa seperti kelaparan, gempa, menyebarnya penyakit, gunung meletus, dan sebgainya, dapat menyebar dalam waktu singkat pula rasa simpati dari berbagai penjuru mengalir dalam bentuk sumbangan.
Dengan mempelajari berbagai kasus penderitaan manusia berarti telah mempelajari sika, nilai, kesombongan, harga diri, ketamakan, dan sebagainya. Semuanya itu perlu untuk memperluas prespsi, tanggapan, penalaran, dan wawasan, bagi yang mempelajarinya.

B.      Makna Siksaan
Siksaan identik dengan neraka dan dosa. Didalam Al-Qur’an banyak terdapt surat dan ayat yang membicrakan tentang siksaan ini.
Berbicara tentang siksaan terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mungkin mendirikan bulu kuduk kita. Betapa tidak, seorang yang tinggi besar dengan muka seram sedang memegang cambuk yang akan siap di lecuti kepada orang yang disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan dapat berupa, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain dan sebagainya. Siksaan manusia ternyata dapat menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksukan langsung maupun tidak.
Hal ini terbukti dengan adanya banyak tulisan, baik berupa novel, berita, ataupun cerpen yang mengisahkan siksaan orang dan banyak pula dijadikan film yang melejit di pasaran.
Siksaan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Setiap manusia pernah atau menjalani siksaan. Yang berhubungan dengan dosa adalah siksaan di Hari Kiamat. Dengan banyaknya karya seni dari orang yang mempunyai kreatifitas untuk mengubahnya dalam bentuk seni dan sudah kita baca serta tonton, kita dapat menilai dan mangambil hikmahnya pada diri sendiri, diman kita berdiri, di mana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.

C.    Makna Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Rasa sakit akibat menderita penyakit. Sakit gigi akbatnya terasa nyeri, sakit perut akibatnya perut terasa sakit, sakit cinta akibatnya hati dirundung rasa rindu yang ingin bertemu dengan orang yang dicintainya, dan sebagainya.
Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sakit tidak dapat direncanakan, kalau datang, datang juga,sedang manusia hanya dapat berdoa dan berikhtiar menyembuhkan atau sekurang-kurangnya meredakan rasa sakit itu.
Rasa sakit atau sakit dalam pengalaman hidup sehari-hari ada tiga macam: sakit hati, sakit syarah atau sakit jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati banyak macamnya, seoerti sakit hati dapat menyebabkan orang berfikir terus, yang akibatnya dapat menjadikan penderitaan fisik yang merasa telah di gosipi di ejek dan ssemacamnya. Bagaimana rasanya orang mendapat sindiran itu? Anda pun pernah pula mengalami hal yang sama.
Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau kjeluarga penderita, apa ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha bersungguh-sungguh dengan disertai pendekatan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya. Maka Tuhan akan mengabulkan doa serta usahanya.

D.   Kekalutan Mental

Penderita batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara sederhana, kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus ditasi sehingga yang bersangkutan bertingkah kurang wajar.
Gejala-gejala pemula yang mengalami kekalutan mental:
a.       Nampak pada jasmani. Sering merasakan pusing, demam, dsb.
b.      Nampak pada kejiwaan dengan rasa cemas, ketakutan, cemburu, dsb.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan:
a.       Nampak dalam gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani.
b.      Usaha mempertahankan diri secara negative. Sehingga cara bertahan dirinya salah.
c.       Kekalutan merupakan titik patah dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, antara lain:
a.       Kepribadian yang lemah
b.      Terjadinya konflik sosial budaya
c.       Cara pematangan batin
Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah:
a.       Positif: trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap berjuang dalam hidup, dan melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
b.      Negatif: trauma yang dialami diperlarutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk frustasi antara lain:
1.      Agresi, merupakan kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya tekanan darah tinggi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2.      Regresi, adalah kembali pada pola primitive atau kekanak-kanakan.
3.      Fiksasi, peletakan atau pembatasan pada suatu pola yang sama. Contohnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala ke tembok, dsb.
4.      Proyeksi, usaha melemparkan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative pada orang lain.
5.      Identifikasi, menyamakan diri dengan orang yang sukses dalam imajinasinya.
6.      Narsisme, self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada yang lain.
7.      Autisme, gejala menutup diri secara total dari dunia riil.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan:
1.      Kota-kota besar yang memberikan tantangan hidup yang berat, sehingga seseorang seperti dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      Anak-anak muda usia yang tidak berhasil mencapai apa yang diinginkan karena tidak seimbang dengan kemampuan dan tujuannya.
3.      Wanita lebih mudah merasakan suatu masalah kedalam hatinya namun susah untuk mengeluarkan perasaan tersebut. Serta kondisi tubuh yang lebih lemah daripada lelaki.
4.      Orang-orang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih besar.
5.      Orang yang terlalu mengejar materi memiliki sifat ngoyo dalam meemperoleh tujuan kegiatannya.


E.     Sumber Penderitaan
1.      Hakikat Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memeiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling hubungan dan pengaruh mempengaruhi antara unsur-unsur jasmani, dan rohani, dan karena itu pula penderitaan dapat terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani.
Jasmani disebut juga sebagai tubuh, badan, badan wadaq, jasad, materi, wadah, atau unsur kongkrit daro pada pribadi. Di dalam jasmani manusia ada dua unsur yang berhubunga yaitu otak dan indra. Otak sebagi pusat kemampuan manusia. Panca indra merupakan alat atau jendela atau pintu tubuh manusia sehingga manusia mampu menerima atau menangkap sesuatu yang ada di lingkungannya. Rohani sering disebut juga sebgai jiwa, badan halus, dan mind yang merupakan unsur yang tidak dapat di tangkap oleh panca indra manusia. Dalam kehidupan sehari-hari rohani menjiwai, mendasari, dan memimpin unsur-unsur prbadi manusia Rohani memiliki alat kemampuan. Alat kemampuan itu adalah nafsu, perasaan, pikiran, dan kemauan.
Nafsu adalah dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan, termasuk pula instink, sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keninginan tidak terlihat jelas. Menurut poedjawijatna (1984) menyamakan antara keinginan dan nafsu. Nafsu menimbulkan gairah hidup pada manusia dan jika nafsu terpenuhi akan memberikan rasa puas bagi manusia.
Perasaan merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasan batiniah manusia. Bila seseorang merasakan cinta, benci dan sebagainya perasaan cinta atau benci itu akan tinggal di dalam batin manusia. Perasaan batin timbul akibat ada reaksi emosional antara manusia dan lingkungannya.
Pikiran disebut juga akal budi. Dengan adanya akal budi manusia bisa mempertimbangkan, membedakan, dan mengambil keputusan dengan alasan-alasan tersendiri.
Kemauan disebut juga kehendak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam mdiri manusia memungkinkan manusia memilih. Untuk memilih manusia harus tahu apa yang dipilih. Oleh karena itu kehendak dapat dikatan sebagai pelaksana dari akal budi dan persaan.

2.      Sebab-sebab penderitaan
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a.       Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Dapat terjadi dalam hubungan manusia dengan sesamanya ataupun manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Perbedaan nasib buruk dengan takdir itu takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia yang menyebabkan.
b.      Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme merupakan usaha manusia dalam mengatasi penderitaan ini.


F.    Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan menimbulkan sikap yang positif ataupun negatif dalam dirinya. Sikap negatif misalnya penyesalan, kekecewaan, putus asa, dan lain-lain. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti. Anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup. Bahwa penderitaan hanyalah bagian dari kehidupan. Hidup bukanlah rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, dan sebagainya.
Apabila sikap positif dan negatif dikomunikasikan oleh para seniman, maka para pembaca atau penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk melakukan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan.





G.    Pengalaman Pribadi
Memang betul yang di katakan penderitaan itu tiada habisnya, karna apapun yang masih hidup pasti akan terkena derita, baik itu berupa penyakit, siksaan, cacian, banjir, kelaparan dan sebagainya.
Aku pernah mengalami kecelakaan yang lumayan parah, syukur aku tidak sampai dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang mengalami cidera serius. Saat itu aku duduk di bangku SMP kelas tiga yang hendak pergi les sore, karena teledor dan akhirnya terlambat aku memacu motorku dengan kencang supaya bisa mengejar waktu, tapi saat penurunan dengan jalan yang bergelombang tiba-tiba motor keluar dari simpang yang membuat saya terkejut dan mengerem mendadak, akibatnya motor yang ku kendarai tidak terkendali kemudia jatuh hingga terseret beberapa meter. Warga yang berada disana langsung mengantar ku ke rumah dan segera di bawa ke puskesmas.
Sebelumnya aku membantah perkataan orang tua ku yang bilang kalo aku lebih baik di rumah saja dan tidak kemana-mana. Tapi aku membantah dan inilah akhirnya aku mengalami luka lecet di bagian tangan kiri serta kaki.
Kini aku mengerti betapa pentingnya perkataan orang tua. Apabila dibantah itu merupakan sebuah dosa besar dan fatal akbanya, begitu pula kepada Tuhan. Jangan melaksanakan larangannya, karna banyak dari kita suka bahan sangat suka melakukan larangan Tuhan, seperti mabuk-mabukan, membantah, mencuri, korupsi, dan sebagainya semua itu adalah awal penderitaan yang sangat menyakitkan
Di Nereka kita bakal disiksa dengan api  yang membara atas pertanggung jawaban perbuatan kita selama di bumi. Kita tahu mengapa kita masuk Neraka, karena dosa, dan dosa erat hubungannya dengan kesalahan yang akibatnya derita yang kita rsakan
Aku bersyukur masih bisa melewati penderitaan yang ku alami seperti saat 7 tahun silam, saat aku terbaring di rumah sakit Karen penyakit yang ku derita. Waktu itu aku mengalami pusing yang sangat sakit hingga apa yang ku makan akan merasa mual dan ku muntahkan. Berulang kali ibuku menyuapi makanan ke mulut ku begitu beberapa menit langsung ku muntahkan. Saat itu aku sangat menderita, di rumah sakit aku hanya bisa terbaring lunglai.
Tapi berkat doa dan obat-obat yang di berikan dokter tubuhku pun mulai membailk dan menunjukkan tanda-tanda akan sehat kembali. Akhirnya selama seminggu aku di rumah sakit aku bisa pulang juga, beraktivitas seperti biasa, sekolah, belajar, dan tidak lupa berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan
Kekuatan doalah yang membantu ku melewati semua penderitaan ini, sebab aku selalu beruhubungan dengan Tuhan melalui doa ini. Apapun kegiatan, tantangan, atau rencana yang akan kita lakukan berdoalah agar di beri bantuan, kemudahan, dan hasil yang maksimal
Di samping doa imbangi dengan usaha yang keras, karna setiap usaha yang kita lakukan mempunyai hasil, sekecil apapun itu.
Aku juga berharap agar derita atau rintangan apapun yang akan kuhadapi di perkuliahan nanti di beri kekuatan untuk melewatinya bukanmenghindarinya. Tapi maju terus pantang menyerah, itu lah yang diajarkan oleh kedua orang tuaku, semua yang kita lakukan mempunyai dampak di masa yang akan datang, jadi berbuatlah yang baik, agar derita yang kita alami semakin berkurang.













H.    Daftar Pustaka
Prastya Tri Joko, dkk . 2013. Ilmu Budaya dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta

http://www.elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36



Tidak ada komentar:

Posting Komentar